Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan.
Menurut PSAK aset tetap adalah aset berwujud yang:
a) Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
b) Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Karakteristik Aset Tetap
Karakteristik aset tetap sebagai berikut:
1. Dimiliki perusahaan untuk digunakan (bukan barang dagangan)
2. Dimiliki untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang utama (bukan investasi jangka panjang)
3. Dimiliki untuk digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu siklus operasi perusahaan (bukan perlengkapan)
4. Memiliki nilai yang relatif tinggi
Dikarenakan memiliki nilai yang tinggi, penggunaan yang relatif lama dan menjadi alat utama perusahaan menghasilkan revenue, maka investasi dalam aset tetap (Capital Budgeting) harus diperhitungkan dengan matang.
Klasifikasi Aset Tetap
Aset tetap terbagi menjadi:
· Aset Tetap Berwujud dan
· Aset Tetap Tidak Berwujud.
ASET TETAP BERWUJUD
Umumnya aset tetap berwujud dibagi dalam empat kelompok, yaitu:
1. Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung perusahaan.
2. Perbaikan Tanah, seperti jalan diseputar lokasi perusahaan yang dibangun perusahaan, tempat parkir, pagar, dan saluran air bawah tanah.
3. Gedung, seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik, dan gudang.
4. Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan, dan meubel.
Penyusutan atas 4 kelompok aset tetap berujud tsb adalah:
1. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas --------- tidak dilakukan penyusutan terhadap harga perolehannya
2. Aset tetap yang terbatas umurnya --------- dilakukan penyusutan terhadap harga perolehannya
Aset tetap yang dapat diganti dengan aset sejenis, penyusutannya disebut depresiasi. Penyusutan sumber alam disebut deplesi, sedangkan penyusutan aset tidak berwujud disebut amortisasi.
CARA-CARA PEROLEHAN ASET TETAP
Ada beberapa cara perolehan aset tetap yaitu:
1. Pembelian Tunai
2. Pembelian Angsuran
3. Ditukar dengan Surat-surat Berharga
4. Ditukar dengan Aset Tetap yang Lain
1. Pertukaran aset tetap yang tidak sejenis
2. Pertukaran aset tetap yang sejenis
5. Diperoleh dari Hadiah/Donasi
6. Aset yang Dibuat Sendiri
ASET YANG DIPEROLEH DARI PERTUKATAN SURAT BERHARGA
Aset tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar:
1. Harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar
2. Jika harga pasar surat berharga tidak diketahui, makaharga perolehan aset tetap ditentukan sebesar harga pasar aset tersebut.
3. Jika harga pasar surat berharga dan aset tetap yang ditukar keduanya tak diketahui, maka nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan
Harga pasar surat berharga adalah harga yang terjadi dalam bursa surat-surat berharga atau dalam transaksi dengan pihak lain yang bebas.
Pertukaran aset tetap dengan surat berharga akan:
1. dicatat dalam rekening modal saham atau utang obligasi sebesar nilai nominalnya
2. selisih nilai pertukaran dengan nilai nominal dicatat dalam rekening agio/disagio
Ilustrasi PT XYZ menukar sebuah gedung dengan 10.000 lembar saham biasa, nominal @ Rp10.000,00. Pada saat pertukaran harga pasar saham per lembar adalah Rp11.000,00. Pertukaran ini dicatat dengan jurnal:
Gedung Modal Saham Biasa Agio Saham | Rp110.000.000,00 | Rp100.000.000,00 10.000.000,00 |
ASET YANG DIPEROLEH DARI HADIAH/DONASI
Pencatatannya dapat menyimpang dari harga perolehan karena harga perolehannya relatif kecil.
Ilustrasi PT ALIT menerima hadiah berupa tanah dan gedung yang masing-masing dinilai Rp60.000.000,00 dan Rp40.000.000,00. Pencatatannya adalah:
Tanah Gedung Modal - Hadiah | Rp60.000.000,00 40.000.000,00 | Rp100.000.000,00 |
Apabila dalam penerimaan hadiah tersebut, PT ALIT mengeluarkan biaya sebesar Rp5.000.000,00. Maka pencatatan penerimaan hadiah tersebut:
Tanah Gedung Modal – Hadiah Kas | Rp60.000.000,00 40.000.000,00 | Rp95.000.000,00 5.000.000,00 |
Apabila donasi yang diterima itu belum pasti akan menjadi milik perusahaan (karena tergantung pada terlaksananya perjanjian) maka aset dan modal dicatat sebagai elemen yang belum pasti (contingent). Apabila hak atas aset tersebut sudah diterima, maka barulah contingent assets tersebut dicatat sebagai aset.
Ilustrasi Jika pada kasus PT ALIT di atas, hak atas tanah baru akan diserahkan 2 tahun kemudian maka jurnal yang dibuat adalah
Aset yang Belum Pasti - Tanah Aset yang Belum Pasti - Gedung Modal yang Belum Pasti - Hadiah | Rp60.000.000,00 40.000.000,00 | Rp100.000.000,00 |
Ketika hak atas sudah diterima, dikeluarkan biaya sebesar Rp5.000.000,00. Jurnal:
Tanah Gedung Modal yang Belum Pasti - Hadiah Aset yang Belum Pasti - Tanah Aset yang Belum Pasti - Gedung Modal – Hadiah Kas | Rp60.000.000,00 40.000.000,00 100.000.000,00 | Rp60.000.000,00 40.000.000,00 95.000.000,00 5.000.000,00 |
Apabila hadiah yang belum pasti tersebut berupa aset yang didepresiasi, maka perhitungan depresiasi dimulai sejak aset tersebut diterima sebagai hadiah yang belum pasti.
ASET YANG DIBUAT SENDIRI
Pembuatan aset (seperti gedung, alat, dan perabotan) oleh perusahaan sendiri biasanya dengan tujuan untuk mengisi kapasitas atau pegawai yang masih idle.
Permasalahan pada aset yang dibuat sendiri adalah alokasi BOP tidak langsung.
Dua cara alokasi BOP-TL yaitu:
1. kenaikan BOP yang dibebankan pada aset yang dibuat
2. BOP dialokasikan dengan tarif pada pembuatan aset maupun produksi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah
1. Bila pembuatan aset berasal dari dana pinjaman, maka:
a. bunga pinjaman selama masa pembuatan aset dikapitalisasi dalam harga perolehan aset.
b. Sesudah aset selesai dibuat, biaya bunga pinjaman dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.
c. Biaya-biaya lain yang timbul dalam masa pembuatan aset, dibebankan sebagai harga perolehan aset tetap.
2. Dalam hal harga pokok aset yang dibuat lebih rendah daripada harga beli di luar, selisihnya merupakan penghematan biaya dan tidak diakui sebagai laba.
3. Dalam hal harga pokok aset yang dibuat lebih tinggi daripada harga beli di luar, selisihnya diperlakukan sebagai kerugian dan aset dicatat sebesar harganya yang normal.
HARGA PEROLEHAN ASET TETAP BERUJUD
Aset tetap harus dicatat sebesar harga perolehannya.
Harga perolehan adalah harga beli ditambah dengan semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan aset tersebut sampai aset siap untuk digunakan
Aset tetap berujud, termasuk:
1. Tanah
2. Bangunan/Gedung
3. Mesin dan Alat-alat
4. Alat-alat Kerja
5. Pattern dan Dies/Cetakan
6. Perabot/Mebelair dan Alat-alat Kantor
7. Kendaraan
8. Tempat Barang yang Dapat Dikembalikan/Returnable Container
· Tanah
Tanah, harga perolehannya meliputi
a. harga beli tunai tanah
b. biaya balik nama
c. komisi pembelian
d. biaya penelitian tanah
e. pajak, iuran, atau pungutan lain yang harus dibayar pembeli
f. biaya merobohkan bangunan lama
g. biaya perataan tanah, pembersihan, dan pembagian
· Bangunan
Jika gedung dibuat sendiri, maka harga perolehan gedung terdiri dari:
a. biaya-biaya pembuatan gedung
b. biaya perencanaan dan desain gambar
c. biaya izin bangunan
d. pajak-pajak selama masa pembangunan gedung
e. bunga selama masa pembuatan gedung
f. asuransi selama masa pembangunan
Perlengkapan gedung (seperti tangga berjalan dan lift) dicatat sendiri dalam rekening alat-alat gedung dan akan didepresiasi selama umur alat-alat tersebut.
· Mesin & Alat-alat
Mesin dan alat-alat, harga perolehannya meliputi:
a. harga beli
b. pajak-pajak yang menjadi beban pembeli
c. biaya angkut
d. asuransi selama dalam perjalanan
e. biaya pemasangan
f. biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin
Bila mesin dibuat sendiri, maka harga perolehannya meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk membuat mesin.
Mesin yang disewa dari pihak lain, biaya sewanya tidak dikapitalisasi tetapi dibebankan sebagai biaya pada periode terjadinya.
· Alat-alat kerja
Alat-alat kerja berupa alat-alat untuk mesin atau alat-alat tangan (seperti drei, catut, & palu) memiliki harga perolehan yang relatif kecil shg tidak didepresiasi tetapi diperlakukan sbb:
1. Pada waktu pembelian dikapitalisasi, kemudian pada setiap akhir periode dihitung fisiknya. Selisihnya dicatat sebagai biaya untuk periode yang bersangkutan dan rekening alat-alat kerja dikredit; atau
2. Dikapitalisasi sebagai aset dengan jumlah tertentu dan dianggap sebagai persediaan normal, kemudian setiap kali pembelian baru dibebankan sebagai biaya.
· Pattern dan Dies/Cetakan
Pattern dan Dies/Cetakan yang dipakai untuk produksi dalam beberapa periode dicatat dalam rekening aset tetap dan didepresiasi selama umur ekonomisnya.
Tetapi jika cetakan hanya dipakai memproduksi pesanan khusus, maka harga perolehannya dibebankan sebagai biaya produksi pesanan tersebut.
· Perabot dan alat-alat kantor
Perabot dan alat-alat kantor, pembelian atau pembuatannya harus dipisah-pisahkan untuk fungsi produksi, penjualan, dan administrasi karena depresiasinya dibebankan pada masing-masing fungsi tersebut.
Harga perolehannya terdiri atas harga beli, biaya angkut, dan pajak yang menjadi tanggungan pembeli.
· Kendaraan
Kendaraan, juga dipisahkan berdasarkan fungsi. Harga perolehannya meliputi harga faktur, bea balik nama, & biaya angkut.
Pajak yang dibayar setiap periode (seperti pajak kendaraan bermotor dan jasa raharja) dibebankan sebagai biaya pada periode yang bersangkutan.
· Returnable Container
Returnable Container adalah barang-barang yang dipakai sebagai tempat dari produk yang dijual, misalnya drum, tangki, dan botol. Barang tersebut merupakan aset perusahaan dan disusut selama umur kegunaannya.
Bila tempat barang tersebut dikembalikan, maka harga jual tidak termasuk harga tempat barang tersebut
BIAYA-BIAYA SELAMA MASA PENGGUNAAN ASET TETAP
1. Reparasi dan Pemeliharaan
2. Penggantian
3. Perbaikan/betterment/improvement
4. Penambahan
5. Penyusunan Kembali Aset Tetap/Rearrangement
· Reparasi dan pemeliharaan
Reparasi dan pemeliharaan terjadi berulang-ulang dan manfaat biaya tersebut hanya dalam periode yang bersangkutan, sehingga dicatat sebagai biaya.
Reparasi besar terjadi selang beberapa tahun dan manfaatnya dirasakan dalam beberapa periode, sehingga biaya reparasi besar dikapitalisasi dan pembebanannya
sebagai biaya dilakukan dalam beberapa periode yang menerima manfaatnya.
Dua cara mencatat biaya reparasi besar, yaitu:
1. menambah harga perolehan aset tetap, apabila biaya ini dikeluarkan untuk menaikkan nilai kegunaan aset dan tidak menambah masa manfaatnya.
2. mengurangi akumulasi depresiasi jika memperpanjang umur ekonomis dan nilai residu, sehingga nilai buku bertambah besar dan mempengaruhi perhitungan depresiasi.
· Penggantian
Penggantian adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aset atau suatu bagian aset dengan unit yang baru dengan tipe yang sama.
· Improvement
Improvement adalah penggantian suatu aset dengan aset baru untuk memperoleh kegunaan yang lebih besar. Perbaikan dengan biaya relatif kecil diperlakukan seperti reparasi biasa. Tetapi perbaikan dengan biaya relatif besar dicatat sebagai aset baru.
Aset lama yang diganti serta akumulasi depresiasinya dihapuskan dari rekening-rekeningnya.
· Penambahan
Penambahan adalah memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aset seperti penambahan ruang dalam bangunan, ruang parkir, serta penambahan alat pada mesin pabrik yang dapat meminimalisir pencemaran.
Biaya yang timbul dalam penambahan dikapitalisasi menambah harga perolehan aset dan didepresiasi selam umur ekonomisnya.
· Rearrangement
Rearrangement Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyusunan kembali atau perubahan route produksi, atau untuk mengurangi biaya produksi jika jumlahnya cukup berarti dan manfaatnya akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi maka harus dikapitalisasi.
Biaya tersebut dikapitalisasi sebagai biaya dibayar dimuka atau beban yang ditangguhkan dan akan diamortissi ke periode yang memperoleh manfaat rearrangement.
PENYUSUTAN AKTIVA TETAP
Tahukah anda bahwa AT yang dimiliki suatu perusahaan akan mengalami penyusutan AT tsb kecuali Tanah. Misalnya kendaraan yang dibeli utk digunakan mengangkut brg hasil produksi, tentu utk jk waktu ttt kendaraan tsb akan memiliki nilai yg lebih rendah disbanding ketika dibeli.
Hal-hal yang menyebabkan penyusutan:
1. Faktor Teknis
a. rusak
b. aus
c. bencana alam dll
2. Faktor Ekonomis
a. Harga perolehan
b. nilai sisa
c. Umur ekonomis
d. Metode penyusutan yang digunakan
Metode Penyusutan
Utk menghitung jumlah penyusutan dpt dilakukan dengan berbagai metode antara lain:
1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Dalam metode ini penentuan besar penyusutan setiap tahun selama umur ekonomis sama besar, shg jika dibuatkan grafiknya thd waktu, dan akumulasi biaya akan berupa garis lurus.
2. Metode Tarif Tetap atas Nilai Buku
Pada metode ini, penentuan besar penyusutan dilakukan dengan cara pengalokasian harga perolehan AT dgn persentase ttt dr nilai buku utk setiap periode akuntansi. Ada dua cara yakni dgn metode saldo menurun dan metode saldo menurun ganda.
Cara Menghitung:
1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Besar penyusutan tiap tahun dapat dihitung dgn rumus:
Besar Penyusutan = Harga Perolehan-Nilai Sisa
Umur Ekonomis
Contoh:
Tgl 1 Agustus 2000 PT ABC membeli sebuah mobil Toyota Kijang seharga Rp 170.000.000,-. Untuk biaya balik nama, pengujian, dan keperluan lainnya dibayar Rp. 5.000.000,-. Mobil tsb ditaksir memiliki umur ekonomis 5 tahun dengan nilai sisa Rp 50.000.000,-
Diminta:
Hitunglah penyusutan pada tahun 2000
Buatlah tabel penyusutan selama 5 tahun
Penyelesaian:
Penyusutan th 2000 dihitung dari tgl 1 Agustus 2000 s/d 31 Des 2000 = 5 bulan:
Besar Penyusutan th 2000 = 5 x (175.000.000-50.000.000)
12 5
= 11.250.000
Tabel Penyusutan tahun 2000-2005
Tahun | Harga Penyusutan | Besar Penyusutan | Akumulasi Penyusutan | Nilai Buku |
2000 | 175.000.000 | 11.250.000 | 11.250.000 | 163.750.000 |
2001 | 175.000.000 | 38.250.000 | 38.250.000 | 136.750.000 |
2002 | 175.000.000 | 65.250.000 | 65.250.000 | 109.750.000 |
2003 | 175.000.000 | 92.250.000 | 92.250.000 | 82.750.000 |
2004 | 175.000.000 | 119.250.000 | 119.250.000 | 55.750.000 |
2005 | 175.000.000 | 135.000.000 | 135.000.000 | 40.000.000 |
2. Metode Tarif Tetap atas Nilai Buku
a. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)
Langkah2 perhitungan:
1. Tentukan tarif penyusutan
Tarif = 1- ns 1/n
hp
Tentukan besar penyusutan
Besar Penyusutan = Tarif x Nilai Buku
Nilai Buku = Harga Perolehan – Akumulasi Penyusutan
Contoh:
Tgl 1 Feb 2001 PT ABC membeli sebuah mesin bubut Rp 350.000.000,-. Untuk biaya pemasangan dan keperluan lainnya dibayar Rp 10.000.000. Mesin tsb ditaksir memiliki umur ekonomis 8 tahun dgn nilai sisa Rp. 60.000.000,-.
Diminta :
a) Hitunglah penyusutan pada tahun 2001
b) Buatlah tabel penyusutan selama 8 tahun
Cara menghitung
Penyelesaian:
Tarif = 1 – (60.000.000/360.000.000) 1/8 = 0,20066 = 20,07 %
a) Penyusutan tahun 2001 dihitung dari tanggal 1 Feb 2001 s.d 31 Des 2001 =11bulan
Besar penyusutan tahun 2001 = 11/12 x 20,06 % x 360.000.000= 66.198.000
Untuk tahun 2002 s.d 2008
Besar Penyusutan = Tarif x Nilai Buku
Besar Penyusutan tahun 2009 = 1/12 x 20,06 % x 61.291.995
= 1.024.596
b. Tabel Penyusutan tahun 2001 – 2009
Tahun | Harga Perolehan | Besar Penyusutan | Akumulasi Penyusutan | Nilai Buku |
2001 | 360.000.000 | 66.198.000 | 66.198.000 | 293.802.000 |
2002 | 360.000.000 | 58.936.681 | 125.134.681. | 234.865.319 |
2003 | 360.000.000 | 47.113.983 | 172.248.664 | 187.751.336 |
2004 | 360.000.000 | 37.662.918 | 209.911.582 | 150.088.418 |
2005 | 360.000.000 | 30.107.737 | 240.019.319 | 119.980.681 |
2006 | 360.000.000 | 24.068.125 | 264.087.443 | 95.912.557 |
2007 | 360.000.000 | 19.240.059 | 283.327.502 | 76.672.498 |
2008 | 360.000.000 | 16.380.603 | 298.708.005 | 61.291.996 |
2009 | 360.000.000 | 1.024.598 | 299.732.603 | 60.267.397 |
2. Metode Tarif Tetap atas Nilai Buku
b. Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Method)
Langkah2 Perhitungan:
1. Tentukan Tarif penyusutan
Tarif = 2 x (100%/UE)
2. Besar Penyusutan = Tarif x Nilai Buku
Nilai Buku = Harga Perolehan – Akumulasi Penyusutan
Tarif = 2 x (100%/8)
= 25 %
a. Penyusutan th 2001 dihitung tgl 1 Feb 2001 s.d 31 Des 2001 = 11 bulan
Besar penyusutan th 2001 = 11/12 x 25 % x 360.000.000
= 82.500.000
Untuk th 2002 s.d 2008
Besar penyusutan ke n = tarif x nilai buku n-1
Besar penyusutan th 2009 = 1/12 x 25 % x 37.041.779
=771.704
b. Tabel Penyusutan th 2001-2009
Tahun | Harga Perolehan | Besar Penyusutan | Akumulasi Penyusutan | Nilai Buku |
2001 | 360.000.000 | 82.500.000 | 82.500.000 | 277.500.000 |
2002 | 360.000.000 | 69.375.000 | 151.875.000 | 208.125.000 |
2003 | 360.000.000 | 52.031.250 | 203.906.250 | 156.093.750 |
2004 | 360.000.000 | 39.023.438 | 242.929.688 | 117.070.313 |
2005 | 360.000.000 | 29.267.578 | 272.197.266 | 87.802.734 |
2006 | 360.000.000 | 21.960.684 | 294.147.949 | 65.852.061 |
2007 | 360.000.000 | 16.463.013 | 310.610.962 | 49.389.038 |
2008 | 360.000.000 | 12.347.260 | 322.958.221 | 37.041.779 |
2009 | 360.000.000 | 771.704 | 323.729.926 | 36.270.075 |
3. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the years Digits Method)
Langkah-langkah perhitungan:
1. Tentukan jumlah angka tahun (JAT)
JAT = nx ((n+1)/2)
2. Tentukan besar penyusutan
Besar Penyusutan = AT x (HP-NS)
JAT
Contoh: Tanggal 1 Mei 2000 CV ABC membeli sebuah mesin 9fotocopy seharga Rp. 50.000.000. mesin fotocopy tsb ditaksir memiliki umur ekonomis 4 tahun dgn nilai sisa Rp. 5.000.000.-
Diminta:
a. Hitung Penyusutan tahun 2000-2005
b. Buatlah tabel penyusutan
Cara menghitung
Penyelesaian:
JAT = 4 x (4+1) = 10 atau JAT = 4+3+2+1 = 10
2
Angka Tahun Terbalik dijabarkan | 4 | 3 | 2 | 1 |
Angka Tahun ke | I | II | III | IV |
a. Penyusutan tahun 2000 dihitung dr tgl 1 Mei 2000 s.d 31 des 2000 = 8 bulan
Penyusutan tahun 2000
Besar Penyusutan = 8/12 x 4/10 x (50.000.000 – 5.000.000)
= 12.000.000
Penusutan Tahun 2001
Besar Penyusutan=
4/12 x 4/10 x (50.000.000-5.000.000) = 6.000.000
8/12 x 3/10 x (50.000.000-5.000.000) = 9.000.000
15.000.000
Penyusutan tahun 2002
Besar Penyusutan = 4/12 x 3/10 x (50.000.000-5.000.000) = 4.500.000
8/12 x 2/10 x (50.000.000-5.000.000) = 6.000.000
10.500.000
Penyusutan tahun 2003
Besar Penyusutan = 4/12 x 2/10 x (50.000.000-5.000.000) = 3.000.000
8/12 x 1/10 x (50.000.000-5.000.000) = 3.000.000
6.000.000
Penyusutan tahun 2004
Besar penyusutan = 4/12 x 1/10 x (50.000.000-5.000.000) = 1.500.000
B. Tabel Penyusutan
Tahun | Harga Perolehan | Besar Penyusutan | Akumulasi Penyusutan | Nilai Buku |
2000 | 50.000.000 | 12.000.000 | 12.000.000 | 38.000.000 |
2001 | 50.000.000 | 15.000.000 | 27.000.000 | 23.000.000 |
2002 | 50.000.000 | 10.500.000 | 37.500.000 | 12.500.000 |
2003 | 50.000.000 | 6.000.000 | 43.500.000 | 6.500.000 |
2004 | 50.000.000 | 1.500.000 | 45.000.000 | 5.000.000 |
4. Metode Unit Produksi (Unit of Production Method)
Caranya:
Tentukan besar penyusutan = produksi nyata x (HP-NS) / kapasitas produksi
Contoh:
Sebuah mesin dibeli seharga Rp. 250.000.000,- ditaksir memiliki umur ekonomis selama 5 tahun atau 500.000 jam kerja dan diperkirakan memiliki nilai sisa sebesar Rp. 50.000.000,-. Hitunglah besar penyusutan bila diketahui jam kerja setiap tahun sbb:
Tahun ke 1 = 100.000 jam
Tahun ke 2 = 120.000 jam
Tahun ke 3 = 130.000 jam
Tahun ke 4 = 80.000 jam
Tahun ke 5 = 70.000 jam
Penyelesaian:
Besar Penyusutan tahun 1 =
100.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp. 40.000.000
500.000
Besar Penyusutan tahun 2 =
120.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp. 48.000.000
500.000
Besar Penyusutan tahun 3 =
130.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp. 52.000.000
500.000
Besar Penyusutan tahun 4 =
80.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp. 32.000.000
500.000
Besar Penyusutan tahun 5 =
70.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp. 28.000.000
500.000
PEMBERHENTIAN ASET TETAP
Aset tetap bisa dihentikan penggunaannya dengan cara:
1. Dijual,
2. Ditukarkan, atau
3. Rusak
Pada saat aset tetap diberhentikan dari pemakaian
1. semua rekening yang berhubungan dengan aset tetap tersebut dihapuskan
2. apabila aset tetap tersebut dijual, maka selisih harga jual dengan nilai buku atau residu dicatat sebagai laba atau rugi.
Ilustrasi
Mesin yang dibeli pada tanggal 1 Februari 2002 dengan harga Rp5.700.000,00; pada tanggal 1 Juli 2006 dijual dengan harga Rp1.200.000,00. Mesin tersebut ditaksir berumur 5 tahun, didepresiasi menggunakan metoda garis lurus, dan taksiran nilai residu Rp450.000,00. Penjualan pada tanggal 1 Juli 2006 dicatat:
Depresiasi Mesin Akumulasi Depresiasi Mesin | Rp525.000,00 | Rp525.000,00 |
Depresiasi 6 bulan: 6/12 x 1/5 x (Rp5.700.000,00 – Rp450.000,00) = Rp525.000,00
Kas Akumulasi Depresiasi Mesin Mesin Laba Penjualan Mesin | Rp1.200.000,00 4.637.500,00 | Rp5.700.000,00 137.500,00 |
Perhitungan
Harga jual Rp1.200.000,00
Nilai buku mesin:
Harga perolehan Rp5.700.000,00
Akumulasi depresiasi:
2002: 11 bulan = Rp962.500,00
2003: 12 bulan = 1.050.000,00
2004: 12 bulan = 1.050.000,00
2005: 12 bulan = 1.050.000,00
2006: 6 bulan = 525.000,00 (4.637.500,00) (1.062.500,00)
Laba penjualan aset tetap Rp137.500
Aktiva Tetap Tak Berwujud
DEFINISI AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD
Aktiva tetap berwujud (intangible assets) adalah aktiva yang umur ekonomisnya panjang dan memberikan manfaat bagi operasi perusahaan, tetapi tidak mempunyai bentuk fisik. Aktiva ini berupa hak – hak istimewa atau pemilikan posisi yang menguntungkan perusahaan dalam memperoleh pendapatan. Bukti pemilikan aktiva tak berwujud bisa berupa kontrak, lisensi, atau dokumen lain.
1. Pemerintah-seperti hak paten, hak cipta, frenchis, merek dagang, dan nama dagang.
2. Perusahaan lain-misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
3. Perjanjian tertentu-seperti frenchise dan lease.
KLASIFIKASI AKTIVA TETAP BERWUJUD
Yang termasuk aktiva tetap tidak berwujud antara lain sebagai berikut :
· HAK PATEN
Hak paten adalah hak istimewa yang dikeluarkan oleh pemerintah yang memberikan kewenangan kepada pemegang hak untuk memproduksi, menjual, dan mengawasi penemuannya dalam jangka waktu tertentu sejak hak tersebut diberikan.
Harga perolehan suatu aktiva tak berwujud adalah kas (ekulivalensinya) yang dibayarkan untuk memperoleh hak patennya, yang meliputi biaya penelitian, biaya percobaan, biaya pengembangan, biaya pendaftaran, dan biaya lain – lain.
· HAK CIPTA
Hak cipta adalah hak yang diberikan oleh pemerintah, yang memberikan hak istimewa kepada pemegang hak tersebut untuk memproduksi dan menjual suatu karya seni atau karya tulis. Misalnya hak cipta yang diberikan kepada penulis buku, pencipta lagu, dan lain – lain. Hak cipta dapat diperoleh dengan penemuan sendiri, dapat pula dengan membeli. Harga perolehan suatu hak cipta terdiri dari pengeluaran untuk mendapatkan dan mempertahankan hak tersebut.
· MEREK DAGANG
Merek dagang atau nama dagang adalah kata, rangkaian kata, logo atau simbol yang membedakan atau memberi identitas suatu perusahaan tertentu atau produk tertentu. Apabila merek dagang atau nama dagang dibeli, maka harga perolehan hak tersebut adalah harga belinya.
· FRANCHISE DAN LISENSI
Franchise adalah perjanjian (kontrak) antara pemberi franchise (franhisor) dengan penerima franchise (franchisee). Dalam perjanjian tersebut, franchissor memberi hak kepada franchise untuk menjual produk tertentu, atau untuk memberikan hak kepada franchise untuk menjual produk tertentu, atau untuk memberikan suatu jasa tertentu, atau untuk menggunakan merek dagang tertentu, sedangkan lisensi adalah izin operasinya. Misalnya franchise yang dijual oleh Kentucky Fried Chicken, Mc Donald (hamburger, pizza, dan sebagainya).
· BIAYA ORGANISASI
Biaya yang timbul dalam pembentukan suatu organisasi perusahaan disebut biaya organisasi. Biaya organisasi akan bermanfaat selama hidup perusahaan menetapkan masa manfaat dengan taksiran tertentu yang dianggap wajar.
· GOODWILL
Aktiva tak berujud terbesar yang biasanya nampak dalam neraca perusahaan adalah goodwill. Goodwill adalah sela atribut yang memberi nilai atau citra yang menguntungkan yang melekat pada suatu perusahaan.
Goodwill merupakan suatu aktiva yang tidak berwujud yang berbeda dari aktiva tak bewrujud lainnya. Goodwill tidak bisa dijual tanpa mengalihkan atau menjual perusahaannya, karena goodwill hanya dapat diidentifikasikan dengan perusahaan sebagai keseluruhan. Goodwill hanya akan dicatat apabila timbul dari transaksi pertukaran yang meliputi pembeliaan perusahaan secara keseluruhan.
AMORTISASI
Secara umum, akuntansi untuk aktiva tak berwujud adalah sejalan dengan akuntansi untuk aktiva tetap. Seperti halnya aktiva tetap, aktiva tak berwujud juga dicatat atas dasar harga perolehan, dan harga perolehan ini dihapus secara rasional dan sistematis selama masa manfaat aktiva tak berwujud tersebut.
Namun demikian, terdapat sejumlah perbedaan antara akuntansi aktiva tak berwujud bila dibandingkan dengan akuntansi aktiva tetap. Pertama, istilah yang digunakan untuk menghapus aktiva tak berwujud adalah amortisasi (bukan depresiasi). Untuk mencatat amortisasi tak berujud, maka rekening Biaya Amortisasi didebet, dan rekening aktiva tak berujud yang bersangkutan dikredit,
Berbeda dengan aktiva tetap, amortisasi aktiva tak bewrujud hanya mengenal satu metoda, yaitu metoda garis lurus. Oleh karena itu, perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud pada berbagai perusahaan relative mudah diperbandingkan.
http://rumah-akuntansi.blogspot.co.id/2014/11/aset-tetap.html
Tidak ada komentar: